Fathimah
Radiyallahu ‘anha Memahami Arti Jilbab yang Sesungguhnya
Bismillaahirrahmaaniirrahiim.
Alhamdulillahiladzi anzala ‘alaa ‘abdihil kitaab wa lam yaj alahu iwaja.
Asyahdu ana ilaha illa Allah, wahdahula syarikalahu wa asyahadu anna muhammadan
abduhu wa rasululuh laanabiya ba’da. Allahuma sholli alaa Muhammad wa ‘alaa
aalihi wa sohbihi wa saliimu taslima.
Adakah
kaum muslimin dan muslimah yang tak mengenal sosok Fathimah binti Rasulullah
Shalallahu alaihi wassalam? Rasanya tak mungkin! Beliau radiyallahu’anha
satu-satunya putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang hidup mendampingi
beliau hingga wafatnya beliau ke Rafiqil a’la.1 Fathimah az-Zahra
radiyallahu’anha adalah ratu bagi para wanita di surga (Sayyidah nisa ahlil
jannah). Pemahaman beliau tentang arti jilbab yang sesungguhnya sangat layak
untuk disimak dan direnungi oleh para muslimah yang sangat merindukan surga dan
keridhaan RabbNya. Sudah sempurnakah kita menutup aurat kita seperti apa yang
difahami Shahabiyah?
Wahai saudariku muslimah yang merindukan surga
Firdaus al-A’la…Shahabiyah yang mulia ini memandang buruk terhadap apa yang di
lakukan wanita terhadap pakaian yang mereka kenakan yang masih menampakkan
gambaran bentuk tubuhnya. Apa yang beliau tidak sukai itu beliau sampaikan kepada
Asma radiayallahu’anha sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Ja’far
bahwasanya Fatimah binti Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:
“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk
apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat
menggambarkan tubuhnya.” Asma’ berkata : ‘”Wahai putri Rasulullah maukah
kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah?” Lalu
Asma’ membawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia
bentuk menjadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar: “Betapa baiknya
dan betapa eloknya baju ini, sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari
laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati, maka mandikanlah aku
wahai Asma’ bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu ) dan jangan ada
seorangpun yang menengokku!” Tatkala Fatimah meninggal dunia, maka Ali bersama
Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan.
Syaikh Albani rahimahullah berkata :
Perhatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang merupakan bagian dari tulang
rusuk Nabi shalallahu alaihi wassalam bagaimana ia memandang buruk bilamana
sebuah pakaian itu dapat mensifati atau menggambarkan tubuh seorang wanita
meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh
karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini, terutama kaum
muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat
menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang
lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat
kepada-Nya”
Wahai ukhti muslimah yang dirahmati
Allah,…benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullah. Fitnah yang
melanda kaum muslimah begitu deras dan hebat.Jika Fathimah radiyallahu’ anha
saja tidak rela jasadnya tergambar bentuk tubuhnya tentulah dapat kita fahami
bagaimana beliau mengenakan jilbab di masa hidupnya. Karena beliau sangat
memahami perintah jilbab dengan pemahaman yang benar dan sempurna. Pemahaman
beliau yang sangat mendalam ini jelas tersirat dari ketidaksukaannya yang
beliau pandang sebagai suatu keburukan apabila seorang wanita memakai pakaian
yang dapat menggambarkan lekuk tubuhnya.
Lalu bandingkanlah dengan apa yang dikenakan oleh sebagian
kaum muslimah dewasa ini sangat jauh dari apa yang disyariatkan oleh Rabb
mereka. Jauh panggang dari api.Mereka menisbahkan pakaian wanita dengan
kerudung ala kadarnya yang sekedar menutupi leher-leher mereka tidak sampai
menutupi dada dengan nama pakaian islami atau jilbab. Dan ironisnya yang
memakainyapun merasa bahwa apa yang mereka pakai itu sudah benar karena melihat
para artis di TV mengenakan yang demikian itu jadilah pakaian trendy ini
menyebar begitu cepat dan menjadi pakaian pilihan utama mereka.
Bahkan tentu terkadang kita melihat saudari
kita yang memakai busana muslimah yang justru menambah fitnah karena nampak
jelasnya lekuk tubuh mereka dengan penutup kepala yang melilit di leher
(sehingga jenjang atau tidaknya bentuk leher terlihat sangat jelas) dan hanya
sampai di bagian pundak saja tidak sampai ke dada disambung dengan pakaian
ketat yang menggambarkan bentuk payudara mereka kemudian celana ketat yang
menambah jelas lekukan tubuh mereka.
Ada juga yang memakai abaya (gamis/pakaian
terusan) memilih ukuran yang ketat daripada ukuran besar dan lapang dengan
alasan agar nampak cantik dan modis! Sebagian adapula yang memakai penutup
kepala dengan menyanggul rambut-rambut mereka hingga ketika mereka berjalan
dapat dilihat dengan jelas ikatan rambut tersebut, karena sangat kecilnya
penutup kepala yang mereka pakai maka merekapun mengikat rambut tersebut agar
tidak menyembul keluar. Bukankah apa yang mereka pakai itu semua justru yang
semestinya mereka jauhi karena Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah
bersabda :
“Pada akhir ummatku nanti akan ada
wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala
mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya
mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”
Di dalam hadits lain terdapat tambahan :
“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak
akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan
(jarak) sekian dan sekian.”
Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil
Barr rahimahullah ia berkata: “Yang dimaksud Nabi shalallahu alaihi wassalam
adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati
(menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya.
Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”
Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah bahwa ia
berkata : “Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar
mengunjungi ‘Aisyah dengan mengenakan khimar(kerudung) tipis yang dapat
menggambarkan pelipisnya, lalu ‘Aisyah pun tak berkenan melihatnya dan berkata
: “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa
ta’ala dalam surat An Nuur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan khimar untuk
dipakaikan kepadanya.
Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah
radiyallahu anha : Apakah kamu tidak tahu tentang apa yang diturunkan oleh
Allah dalam surat An-Nuur? Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tubuhnya
dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya ia belum menutupi tubuhnya dan juga
belum melaksanakan firman Allah Subahnahu wa ta’ala yang ditunjukkan oleh
Aisyah radiyallahu anha yaitu “Dan hendaklah kaum wanita menutupkan
khimar/kerudung pada bagian dada mereka”
Tidakkah kita melihat perbedaan yang sangat
jauh antara generasi Shahabiyah dengan kita? Mereka benar-benar menjadikan
jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya
sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah
kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah. Jilbab yang difahami shahabiyah
sebagai pakaian yang lapang (lebar) yang menutupi tubuh dari atas kepala hingga
ujung kaki sedangkan kaum muslimah sekarang menganggap jilbab adalah secarik
kain yang digunakan untuk menutupi rambut mereka saja sedangkan bagian-bagian
lainnya mereka tutupi dengan bahan yang ala kadarnya yang tidak bisa dikatakan
menutupi aurat apalagi menutupi lekuk tubuh mereka. Kepada Allahlah kita
memohon pertolongan semoga kaum kita mau kembali kepada Rabb mereka dan
berusaha untuk menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan rasulNya secara
sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana firmanNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ
كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Al-Baqarah :208).
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Al-Baqarah :208).
Wallahu’alam bish-shawwab.
--------------------------------------------------------------------
Artikel ini telah di cek oleh : Ustadz Muhammad
Elvy Syam Lc.
Sumber Rujukan :
Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan
Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani,Pustaka Tibyan,Solo.
Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-mundziri,
Pustaka Amani, Jakarta.
Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, Mahmud al-Istanbuli, Pustaka Tibyan, Solo.
Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, Mahmud al-Istanbuli, Pustaka Tibyan, Solo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar