"Pena pinkku tlah mengoreskan kedalam secarik kertas catatan kecil dan kini siap kudesign sedemikian rupa pola miniaturnya utk menjadi sebuah ukiran yg indah.... ^^,". Barokallahufikum ^^

Kamis, 23 Agustus 2012

Kisah Sakaratul Maut


Suatu ketika Malaikat Maut diperintahkan Allah untuk mencabut nyawa Nabi Musa. Kedatangan “tamu istimewa” ini membuat muka Nabi Musa pucat pasi. Begitu Malaikat Maut hendak mencabut nyawa beliau dari ujung kaki, Nabi Musa bertanya, “Sampai hatikah engkau mencabut nyawaku dari kaki yang pernah digunakan untuk berjalan menuju Gunung Tursina ketika turun firman-Nya?”
“Bagaimana kalau dari tangan?” Musa menjawab, “Duhai utusan Allah, lupakah engkau bahwa tangan ini pernah menerima lembaran syahifah suci yang berisikan firman-Nya?”
“Bagaimana kalau dari kepala?,” pinta Malaikat Maut. “Yaa Rabbul Izzati. Malaikat-Mu hendak mencabut nyawa hamba-Mu dari kepala ini. Padahal sepanjang hidup hamba menggunakannya untuk bersujud kepada-Mu?”.
Karena tidak ada jalan lain Malaikat Maut mengambil selembar kulit jeruk yang harum baunya. “Wahai Musa, hiruplah aroma kulit jeruk ini,” perintah Malaikat Maut. Begitu aroma kulit jeruk ini terhisap, Nabi yang mulia ini pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Menurut sebuah atsar, kematian Nabi Musa adalah kematian paling mudah di antara semua manusia. Namun sadarkah kita apa makna “mudah” dalam proses kematian beliau? Rasulullah saw. bersabda, “Kematian Nabi Musa kadar kegetirannya sama dengan penderitaan seseorang yang ditebas sebilah pedang yang sangat tajam sebanyak 300 kali”. Dalam riwayat lain disebutkan, kematian Nabi Musa itu bagaikan seekor domba dalam keadaan segar bugar lalu dicabut kulitnya dalam keadaan hidup. ‘Aisyah binti Abu Bakar mengungkapkan pula, “Ibarat pentungan besi bergerigi yang ditancapkan ke perut, lalu ditarik dengan sangat keras dengan sekuat tenaga. Tak adakah bagian yang ikut terbawa pentungan itu?”


Sakaratul maut adalah ungkapan tentang rasa sakit
yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa,
sehingga tak ada satu bagian pun yang terbebas dari rasa sakit itu”.

— Abu Hamid Al Ghazali —

Jika kematian Nabi Musa demikian dahsyat dan menyakitkan, apalagi kematian kita—manusia biasa yang lebih banyak dosanya daripada kebaikannya—tampaknya akan jauh lebih menyakitkan! Semoga Allah Yang Maha Penyayang melindungi kita. Karena itu, pantas apabila Rasulullah saw. mencontohkan beberapa doa yang isinya meminta agar Allah Swt. mempermudah proses sakaratul maut kita. Salah satu di antaranya adalah ”Allâhumma innî as’aluka taubatan nashûhâ wa taubatan qablal maût wa rahmatan ’indal maût wa maghfiratan wa rahmatan ba’dal maût wal ’afwa indal hisâb … ” Artinya, ”Ya Allah, aku memohon kepada-Mu tobat nasuha dan tobat sebelum mati, ketenangan (kemudahan) ketika hendak mati (sakaratul maut), ampunan dan ketenangan setelah mati, dan ampunan ketika dihisab …”.
Dari sini kita bisa melihat bahwa doa bisa mempermudah proses dan meringankan proses sakaratul maut. Akan tetapi, doa pun bisa memperberat dan mempersulit proses sakaratul maut. Doa siapa dan bagaimana? Itulah doa dan rintihan serta air mata orang-orang yang terzalimi. Seseorang yang banyak menzalimi orang lain, biasanya akan dipersulit proses kematiannya. Kisah-kisah berikut mudah-mudahan bisa menjadi contoh sekaligus ibrah atau pelajaran bagi kita.
Ketika masih SMP, saya bertetangga dengan seorang kakek kaya raya. Di kampung kami ia termasuk salah seorang terpandang, tanahnya luas, rumahnya bagus, dan uangnya banyak. Kakek itu pun pintar bicara dan berdebat. Namun, di balik itu, menurut orangtua dan orang-orang sekampung, dia termasuk orang licik dan kejam. Entah berapa banyak orang yang tersakiti dan dijerumuskan olehnya. Kakek itu merupakan pentolan PKI yang dulu melarikan diri ke kampung kami. Dia datang sebagai buronan tentara. Akan tetapi, karena kepintaran dan kelicikannya, alih-alih ditangkap ia malah menjadi orang kaya dan berpengaruh di kampung kami. Sebagian tanah warga berhasil ia ambil alih kepemilikannya.
Pada masa tuanya, ia mengidap penyakit sesak napas akut. Setiap kali bernafas, desah napasnya begitu berat dan suara lendir di kerongkongannya jelas terdengar. Dari jarak cukup jauh, seseorang sudah bisa mendengar desah nafasnya. Hal itu terjadi bertahun-tahun lamanya. Ia sudah merobat ke mana-mana tapi tak juga sembuh. Ketika itu saya membayangkan betapa tersiksanya hidup dengan napas seperti itu. Walaupun demikian, sifatnya tetap keras, tidak mau kalah, dan seakan tidak mau bertobat.
Saat-saat menjelang ajalnya, penderitaannya pun bertambah berat. Berhari-hari lamanya Malaikat Maut seakan ”mempermainkan” orangtua ini, hingga akhirnya ia wafat dengan cara yang ”menakutkan”. Ia meronta-ronta dan berdesah berat seperti seekor binatang yang hendak disembelih, sebelum akhirnya diam lunglai karena nyawa telah lepas dari badannya.
Ada lagi seorang lelaki tua, usianya sekitar 65-70 tahun. Badannya kekar dengan muka yang kaku. Walau terlihat baik dengan tetangga, tapi bapak ini sangat mengacuhkan istri dan anak-anaknya. Ia tak segan-segan menempeleng, menendang, memaki-maki dan menyiksa istrinya. Ia seakan tak peduli dengan tangisan ibu dari anak-anaknya tersebut. Selain menyakiti secara fisik, ia pun senang sekali menyakiti secara psikologis dengan llebih mempedulikan istri mudanya daripada istri tuanya. Bapak ini pun dikenal memiliki ilmu hitam yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk mencelakakan orang lain.
Saat-saat menjelang kematiannya sangat mengerikan. Entah karena sakit, ia mengamuk, memukul, mengucapkan kata-kata kasar dan makian, serta melemparkan apa saja yang ada di dekatnya. Karena kewalahan, anak-anaknya menyekap dia di kamar hingga akhirnya meninggal keesokan harinya. Semoga Allah melindungi kita dari kematiaan semacam itu.


Jangan menunda-nunda tanpa melakukan persiapan untuk kematian.
Umur kita terlalu singkat. Jadikanlah setiap tarikan napas
sebagai udara terakhir yang kita hirup.
Lalu kematian akan menjemput.
Kematian seseorang akan terjadi dalam keadaan
di mana ia biasa melakukan sesuatu ketika hidup.
Dan ketika dibangkitkan di akhirat,
ia pun akan dibangkitkan dalam situasi itu juga”.

— Ibnu Qudamah Al Maqdisi —

Dari buku : 114 kisah Nyata Doa-Doa Terkabul Penulis : Tauhid Nur Azhar & Sulaiman A

Memancing Rezeki dengan Sedekah




Source:: Syaamil Quran
 Kisah ini saya dengar dari Ustaz Yusuf Mansur saat beliau mengisi sebuah acara pengajian di TVRI. Alkisah, ada seorang laki-laki—sebut saja namanya Pak Agus—yang tengah mendapat cobaan dari Allah Swt. Dia diberhentikan dari tempatnya bekerja alias terkena PHK. Padahal, pekerjaannya itu adalah satu-satunya sumber penghasilan Pak Agus untuk menghidupi diri dan keluarganya. Jelas, PHK menjadi pukulan telak yang menohok tepat ke ulu hatinya. Masalahnya ternyata tidak hanya sampai di situ. Menurut kabar dari bidan, tidak lebih dari seminggu lagi istrinya yang tengah hamil tua akan melahirkan.
“Wah gimana neh, istri mau melahirkan pas kena PHK. Belum sempat kasbon!” Mungkin demikian yang kita katakan jika kita yang mendapatkan musibah semacam ini, plus omelan atas nasib. Namun, tidak demikian dengan Pak Agus. Karena dia orang saleh, ketika mendengar bahwa istrinya akan melahirkan kurang dari seminggu, dia langsung mengambil wudu dan bersimpuh di hadapan Allah Swt. sembari berdoa, “Ya Allah, terima kasih Engkau telah menakdirkan saya kena PHK sehingga saya dapat pesangon dua juta rupiah. Mudah-mudahan Engkau mudahkan proses kelahiran anak kami … jangan sampai kena operasi sesar, ya Allah!”
Singkat cerita, proses persalinan istrinya segera datang. Pak Agus membawa istrinya itu kepada seorang bidan. Setelah didiagnosis dan dilakukan tindakan pertolongan pertama, Ibu Bidan menyimpulkan bahwa istri Pak Agus harus disesar karena ada gangguan pada si jabang bayi yang tengah dikandungnya. Karena tidak sanggup menangani proses persalinan, dia pun dirujuk ke sebuah rumah sakit besar yang ada di Jakarta.
Selama di dalam bajaj, Pak Agus berhitung bahwa kalau sesar, apalagi di rumah sakit besar, tidak akan cukup uang dua sampai tiga juta. Dalam hitungannya, minimal dia harus pegang enam sampai tujuh juta. Padahal, uang hasil pesangon yang ada di dompetnya tinggal 1,6 juta rupiah. Akan tetapi, demi keselamatan anak dan istrinya, Pak Agus tetap nekat membawa sang istri ke rumah sakit.
Di rumah sakit, persoalan yang muncul bukan lagi persoalan uang, melainkan persoalan nyawa anaknya. Mengapa? Dokter yang menangani istri Pak Agus mengatakan, ”Menurut hasil pemeriksaan, mudah-mudahan Bapak bisa bersabar, anak Bapak ini akan lahir dengan menderita bocor jantung bawaan, gagal jantung bawaan, dan tumor otak.” Maksudnya, si anak akan lahir dengan membawa satu paket musibah yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Orang tua mana yang tidak hancur hatinya mendengar anak yang telah sembilan bulan ditunggunya akan lahir dengan cacat jantung akut dan otak yang ada tumornya. Jika saja yang kena musibah ini tidak punya iman, sudah tentu dia akan stres berat bahkan mati berdiri, terlebih ketika mendengar dokter itu berkata lagi, ”Kalaupun lahir, anak Bapak paling-paling hanya bisa bertahan 18 hari saja. Menurut medis, tidak akan lebih dari jangka waktu itu.”
Pak Agus membuang jauh-jauh prasangka buruk kepada Allah dan sikap putus asa. Dia berusaha menerima hal itu dengan kesabaran walau dadanya serasa sesak. Setelah mendengar berita buruk tersebut, dia langsung mendekati sang istri untuk menguatkan dirinya. Dia berusaha meyakinkan sang istri bahwa dengan kuasa-Nya, Allah Swt. telah menakdirkan dirinya hamil, padahal ada banyak wanita yang sangat mengharapkan dirinya bisa hamil. Dia pun meyakinkan istrinya untuk menjadi manusia yang bersyukur dengan tetap mengusahakan anaknya lahir, apa pun kondisinya.
Setelah semuanya siap, operasi sesar pun dilakukan. Alhamdulillah, proses persalinan istri Pak Agus bisa dilakukan dengan lancar dan selamat. Sesuai dengan prediksi dokter, sang jabang bayi lahir dengan berat 2kg. Tiga hari kemudian, berat badannya menyusut menjadi 1,6kg. Jika tiga hari saja berat badannya sudah menyusut 0,4kg, berapa kilogram berat badan si anak akan susut dalam waktu 18 hari? Tampaknya, mustahil bagi si anak untuk bisa bertahan hidup tiga minggu lamanya.
Walaupun kemungkinan sembuh sudah setipis rambut, akan tetapi Pak Agus sangat meyakini kekuasaan Allah Swt. Bagi-Nya tidak ada yang tidak mungkin. Karena itu, dalam shalat-shalat malamnya, Pak Agus senantiasa berdoa, ”Ya Allah, Engkau telah menakdirkan istri saya hamil dan Engkau telah menakdirkan pula anak saya lahir dengan selamat, maka berilah kesembuhan kepadanya.”
Dalam tiga hari tersebut, uang Pak Agus tinggal 1,4 juta rupiah lagi. Karena merasa uang sejumlah itu tidak akan cukup untuk membayar biaya persalinan dan perawatan rumah sakit, Pak Agus ”nekat” membagikan uang tersebut kepada fakir miskin yang ditemuinya.
Keteguhan, kesabaran, dan keyakinan pasangan suami istri ini telah melahirkan keajaiban. Si anak, yang sebelumnya divonis tidak akan bertahan lebih dari 18 hari, ternyata mampu hidup hingga 20 hari lamanya dan dengan kondisi kesehatan yang terus membaik. Dokter pun sempat terheran-heran dengan apa yang dilihatnya. Dia pun mengelurakan statement baru bahwa kalau kondisinya terus membaik seperti itu, dalam waktu seminggu lagi si anak sudah bisa dibawa pulang. ”Paling nanti kalau sudah di rumah dilakukan rawat jalan saja. Saya melihat anak Bapak ini seorang fighter (pejuang) yang pantang menyerah,” kata dokter itu kepada Pak Agus.
Setelah 27 hari dirawat di rumah sakit, dokter menyatakan kalau si anak sudah benar-benar sehat. ”Alhamdulillah, anak Bapak besok sudah bisa dibawa pulang. Sekarang, Bapak tinggal mengurus administrasinya. Mudah-mudahan anak Bapak bisa panjang umur,” katanya.
Saat mendengar kata-kata itu, Pak Agus langsung tersentak. Selama hampir empat minggu itu, dia lupa mencari uang karena terlalu disibukkan mengurus istri dan anaknya. Dia langsung berpikir keras bagaimana caranya mendapatkan uang untuk membayar biaya pengobatan dari rumah sakit yang jumlahnya membuat kepala pening. Angka tagihan yang diterima Pak Agus adalah 27 juta rupiah, sebuah angka yang fantastis untuk orang seukuran dirinya.
Langkah pertama yang ditempuh Pak Agus adalah mendatangi salah seorang kawan dekatnya di bilangan Ciledug untuk meminjam uang. Namun, jumlah pinjaman yang berhasil didapatkan masih jauh dari jumlah yang dibutuhkan, yaitu hanya dua juta rupiah. Jelas, uang dua juta jauh dari cukup untuk melunasi tagihan rumah sakit yang selangit. Akhirnya, Pak Agus berjalan kaki dari Ciledug menuju Salemba. Sepanjang jalur yang dilewati, dia membagikan uang yang dua juta itu kepada orang-orang miskin yang ditemuinya. Sesampainya di rumah sakit sekitar jam dua sore, uang yang dua juta itu sudah ludes. Pak Agus pun langsung menuju mushala rumah sakit. Dia bersujud dan bersimpuh di hapan Allah. Sambil menangis, dia memohon kepada Allah, ”Ya Allah, seandainya sampai Ashar ini kami tidak berhasil mendapatkan uang yang 27 juta itu, kirimkanlah kepada kami orang kaya yang bisa membeli anak kami.”
Pada saat itu, ada seorang ibu yang dengan serius memperhatikan Pak Agus. Lalu, si ibu berjalan mendekat.
”Kenapa, Pak, menangis?” tanyanya.
”Iya Bu, hari ini anak saya akan keluar dari rumah sakit,” jawab Pak Agus.
”Keluar dari rumah sakit kok nangis, harusnya kan bahagia,” sambung si ibu.
”Justru itu, uang untuk menebusnya tidak ada,” jawab Pak Agus.
”Oh begitu … ya udah berarti Bapak adalah orang yang sedang saya cari. Dari pagi saya bawa uang ini … buat siapa neh di rumah sakit ini, tapi nggak ketemu-temu. Eh,  ternyata buat Bapak,” ujar si ibu sambil memberikan sebuah kantong keresek merah yang tampak begitu berat.
Saat itu Pak Agus langsung sujud syukur dan menangis terisak-isak karena bahagia. Berulang kali dia mengucapkan terima kasih kepada Allah yang telah mengirimkan seseorang yang mau membantunya. Dia sendiri lupa dengan si ibu yang memberi uang, saking surprise-nya. Ketika bangun dari sujud, dia baru ingat kalau dia belum sempat mengucapkan terima kasih kepada si ibu. Pada saat yang bersamaan, si ibu itu sudah tidak ada lagi di sampingnya. Pak Agus clingak-clinguk mencari-cari ke mana si ibu pergi. Dia langsung berlari ke tempat parkir dengan meninggalkan kantong merah itu di mushala. Setelah mencari-cari, orang dermawan itu tidak berhasil ditemukannya. Pak Agus pun kembali ke mushala. Syukur, kantong plastik merah itu masih tetap berada di tempatnya.
Setelah itu, Pak Agus langsung menuju ruangan administrasi dengan niat melunasi biaya perawatan anakdan istrinya tanpa berani membuka kantong itu.
“Mbak, saya mau ambil anak saya hari ini,” kata Pak Agus.
Petugas administrasi itu mengatakan bahwa Pak Agus belum bisa membawa anaknya hari itu karena harus menunggu dokter yang merawatnya.
“Ya sudah, kalau begitu saya mau bayar dulu biaya perawatannya,” sambung Pak Agus.
“Kalau bayar sekarang, Bapak tidak kena charge,” jawab petugas itu.
“Mbak, saya punya uang segini-gininya. Silakan dihitung. Mudah-mudahan cukup,” kata Pak Agus sambil memberikan kantong merah itu kepada si petugas.
Setelah dibuka, ternyata kantong merah itu isinya benar-benar uang. Setelah dihitung, jumlahnya persis 27 juta rupiah. Subhanallah.
 ================
Memancing Rezeki dengan Sedekah
Kisah  Pak Agus tadi memberi gambaran kepada kita bahwa sedekah akan mampu memancing rezeki yang lebih besar, lebih berkah, dan lebih berdaya guna. Yang diperlukan di sini adalah seberapa kuat keyakinan kita kepada janji Allah Swt. Semakin kuat keyakinan seorang hamba akan janji Allah, semakin besar pula kepercayaan yang akan Allah Swt. berikan kepada hamba tersebut.
Oleh karena itu, di dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
“Hendaklah kalian mencari rezeki dengan bersedekah.”
Jika dibaca sekilas, redaksi hadits ini sangat membingungkan. Bagaimana mungkin sedekah akan menambah rezeki? Bukankah dengan bersedekah kita mengeluarkan uang yang kita miliki dan bukan mendapatkan uang? Asalnya seratus ribu kemudian disedekahkan lima puluh ribu sehingga uang kita hilang setengahnya? Bagaimana ini?
Memang, kalau kita mengunakan logika matematika, jumlahnya pasti berkurang. Akan tetapi, sedekahtidak bisa didekati seluruhnya dengan logika matematika atau logika kaum sekuler. Ada logika iman di sana yang menyatakan bahwa Allah Swt. akan melipatgandakan nilai sedekah seorang hamba hingga berkali lipat jumlahnya. Boleh jadi, ketika kita memberi, uang yang ada di dompet kita berkurang sejumlah nominal yang diberikan. Akan tetapi, pada saat memberi itu kita langsung mendapat balasan dari Allah berupa ketenangan jiwa, kebahagiaan, kelapangan, dan keberkahan. Tidak lama kemudian, harta yang kita sedekahkan tersebut akan mengundang teman-temannya untuk “mendatangi” kita, bisa dalam bentuk harta yang sama, yaitu uang; bisa dalam bentuk kesembuhan dari penyakit, yang apabila dikonversikan dalam bentuk uang akan berlipat-lipat jumlahnya; bisa dalam bentuk diselamatkannya kita dari kecelakaan dan bencana; bisa dalam bentuk jodoh; anak yang dinantikan kehadirannya; pekerjaan yang cocok dengan selera dan kemampuan kita; ilmu pengetahuan yang kita dapatkan; kenalan baru yang akan membawa keberuntungan dunia akhirat; kemudahan saat sakaratul maut; dan puncaknya terselamatkannya kita dari siksa neraka di akhirat kelak. Jadi, uang 50 ribu rupiah yang kita sedekahkan akan beranak pinak menjadi berlipat-lipat jumlahnya.
Sangat mudah bagi Allah untuk melakukan apa-apa yang tidak terpikirkan oleh manusia. Semua ini terjadi karena Allah Swt. telah mengatur urusan rezeki dari semua makhluk-Nya, sekecil apa pun. Allah Swt. tidak akan salah dalam membagikan dan mendistribusikan rezeki hingga makhluk yang terkecil, termasuk kepada manusia yang ada di pelosok dunia. Allah Swt. Berfirman sebagai berikut.
Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” (QS Hud, 11: 6)
Ketika Allah Swt. memberikan kita rezeki, akan sangat pantas apabila kita mensyukuri nikmat yang telah Dia anugerahkan tersebut. Salah satu bentuk rasa terima kasih tersebut adalah berbagi dengan saudara-saudara kita yang sedang kesusahan dan sedang membutuhkan pertolongan. Nah, ketika kita mau bersyukur atas nikmat yang telah Allah Swt. berikan dengan cara berbagi, Dia pun akan berkenan menitipkan rezeki yang lebih banyak dan lebih berkah kepada kita. Bukankah Allah Swt. telah berjanji untuk mengganti setiap harta yang dinafkahkan di jalan-Nya dengan sesuatu yang lebih baik[1]? Artinya, dengan bersedekah, kita tambah dipercaya oleh Allah Swt. Semakin banyak dan sering kita bersedekah, akan semakin bertambah pula kepercayaan Allah Swt. kepada kita. Kepercayaan mana lagi yang lebih besar selain dipercaya oleh Zat Yang Mahabesar, Yang Mahakaya, dan Yang Mahakuasa?
Sesungguhnya, rezeki itu ada pintunya. Pintu itu tidak akan terbuka kecuali dengan bersedekah. Semakin sering bersedekah, semakin sering pula pintu itu terbuka. Semakin besar bersedekah, semakin lebar pula pintu itu akan terbuka. Inilah mekanisme atau cara Allah dalam membalas kebaikan hamba-hamba-Nya.
Sejarawan Arab terkenal, Al Waqidi, pernah bercerita tentang pengalamannya yang sangat mengesakan.
“Aku punya dua orang sahabat. Salah seorang dari mereka berasal dari keluarga Bani Hasyim. Persahabatan yang erat membuat kami seolah-olah seperti tidak terpisahkan. Suatu hari, istriku berkata kepadaku, ‘Lebaran semakin dekat, sementara kita tidak memiliki apa-apa. Engkau dan aku mungkin bisa mengatasi kesulitan ini, tetapi hatiku sedih jika memikirkan kebutuhan anak-anak kita. Mereka melihat anak-anak tetangga mengenakan pakaian paling bagus saat hari raya, sedangkan anak-anak kita mengenakan pakaian compang-camping. Pikirkanlah jalan keluar dari kesulitan ini!’
“Akupun menulis surat kepada sahabat dari keluarga Hasyim dan meminta bantuannya atas kesulitan hidup yang aku alami. Alhamdulillah, dia mengirimiku sebuah pundi tertutup yang katanya berisi seribu dirham. Saat itu, aku merasa lega karena bisa keluar dari permasalahan walau untuk sementara. Tiba-tiba, sepucuk surat dari sahabat yang kedua datang kepadaku. Dalam suratnya itu, dia mengutarakan kesulitan yang sama denganku. Aku pun mengirimkan pundi-pundi yang kuterima dari sahabat pertamaku itu kepada sahabat keduaku dalam keadaan tetap tertutup rapat.
“Setelah itu, aku beritikaf di masjid dan menghabiskan malam di sana karena aku malu menemui istriku. Esok harinya, aku pulang ke rumah dan mengatakan yang sejujurnya kepada istriku apa yang telah aku lakukan. Alhamdulillah, dia mendukung apa yang aku lakukan.
“Saat kami sedang bercakap-cakap, tiba-tiba datang sahabatku dari keluarga Hasyim dengan membawa pundi-pundi yang tertutup seperti semula dan memintaku untuk menceritakan kepadanya apa yang aku lakukan dengan pundi-pundi yang telah dia kirimkan kepadaku. Kemudian dia berkata, ‘Ketika engkau mengirimkan surat kepadaku, satu-satunya harta milikku di dunia ini adalah uang yang aku kirimkan kepadamu. Oleh karena itu, aku mengirimkan surat kepada sahabat kita untuk meminta bantuannya. Lalu, dia mengirimiku pundi-pundi milikku ini dengan segel tetap terjaga’.
“Akhirnya, isi pundi-pundi uang itu dibagi rata di antara kami bertiga sehingga bisa memenuhi kebutuhan untuk lebaran. Peristiwa unik dan mengharukan ini terdengar oleh Khalifah Al Makmun sehingga dia mengirimkan tujuh ratus dinar. Dua ratusnya untuk masing-masing dari kami bertiga dan yang seratus dinar lagi untuk istriku.” r

“Satu dirham yang disedekahkan ketika sehat dan bakhil lebih baik
daripada seratus dirham yang diwasiatkan ketika akan mati.”

— Abdullah bin Mas’ud —


Fathimah Radiyallahu ‘anha Memahami Arti Jilbab yang Sesungguhnya



Fathimah Radiyallahu ‘anha Memahami Arti Jilbab yang Sesungguhnya

Bismillaahirrahmaaniirrahiim. Alhamdulillahiladzi anzala ‘alaa ‘abdihil kitaab wa lam yaj alahu iwaja. Asyahdu ana ilaha illa Allah, wahdahula syarikalahu wa asyahadu anna muhammadan abduhu wa rasululuh laanabiya ba’da. Allahuma sholli alaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa sohbihi wa saliimu taslima.

Adakah kaum muslimin dan muslimah yang tak mengenal sosok Fathimah binti Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam? Rasanya tak mungkin! Beliau radiyallahu’anha satu-satunya putri Rasulullah shalallahu alaihi wassalam yang hidup mendampingi beliau hingga wafatnya beliau ke Rafiqil a’la.1 Fathimah az-Zahra radiyallahu’anha adalah ratu bagi para wanita di surga (Sayyidah nisa ahlil jannah). Pemahaman beliau tentang arti jilbab yang sesungguhnya sangat layak untuk disimak dan direnungi oleh para muslimah yang sangat merindukan surga dan keridhaan RabbNya. Sudah sempurnakah kita menutup aurat kita seperti apa yang difahami Shahabiyah?

Wahai saudariku muslimah yang merindukan surga Firdaus al-A’la…Shahabiyah yang mulia ini memandang buruk terhadap apa yang di lakukan wanita terhadap pakaian yang mereka kenakan yang masih menampakkan gambaran bentuk tubuhnya. Apa yang beliau tidak sukai itu beliau sampaikan kepada Asma radiayallahu’anha sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Ummu Ja’far bahwasanya Fatimah binti Rasulullah shalallahu alaihi wassalam berkata:
“Wahai Asma’! Sesungguhnya aku memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang mengenakan baju yang dapat menggambarkan tubuhnya.” Asma’ berkata : ‘”Wahai putri Rasulullah maukah kuperlihatkan kepadamu sesuatu yang pernah aku lihat di negeri Habasyah?” Lalu Asma’ membawakan beberapa pelepah daun kurma yang masih basah, kemudian ia bentuk menjadi pakaian lantas dipakai. Fatimah pun berkomentar: “Betapa baiknya dan betapa eloknya baju ini, sehingga wanita dapat dikenali (dibedakan) dari laki-laki dengan pakaian itu. Jika aku nanti sudah mati, maka mandikanlah aku wahai Asma’ bersama Ali (dengan pakaian penutup seperti itu ) dan jangan ada seorangpun yang menengokku!” Tatkala Fatimah meninggal dunia, maka Ali bersama Asma’ yang memandikannya sebagaimana yang dipesankan.

Syaikh Albani rahimahullah berkata : Perhatikanlah sikap Fatimah radiyallahu anha yang merupakan bagian dari tulang rusuk Nabi shalallahu alaihi wassalam bagaimana ia memandang buruk bilamana sebuah pakaian itu dapat mensifati atau menggambarkan tubuh seorang wanita meskipun sudah mati, apalagi jika masih hidup, tentunya jauh lebih buruk. Oleh karena itu hendaklah kaum muslimah zaman ini merenungkan hal ini, terutama kaum muslimah yang masih mengenakan pakaian yang sempit dan ketat yang dapat menggambarkan bulatnya buah dada, pinggang, betis dan anggota badan mereka yang lain. Selanjutnya hendaklah mereka beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”

Wahai ukhti muslimah yang dirahmati Allah,…benarlah apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani rahimahullah. Fitnah yang melanda kaum muslimah begitu deras dan hebat.Jika Fathimah radiyallahu’ anha saja tidak rela jasadnya tergambar bentuk tubuhnya tentulah dapat kita fahami bagaimana beliau mengenakan jilbab di masa hidupnya. Karena beliau sangat memahami perintah jilbab dengan pemahaman yang benar dan sempurna. Pemahaman beliau yang sangat mendalam ini jelas tersirat dari ketidaksukaannya yang beliau pandang sebagai suatu keburukan apabila seorang wanita memakai pakaian yang dapat menggambarkan lekuk tubuhnya.

Lalu bandingkanlah dengan apa yang dikenakan oleh sebagian kaum muslimah dewasa ini sangat jauh dari apa yang disyariatkan oleh Rabb mereka. Jauh panggang dari api.Mereka menisbahkan pakaian wanita dengan kerudung ala kadarnya yang sekedar menutupi leher-leher mereka tidak sampai menutupi dada dengan nama pakaian islami atau jilbab. Dan ironisnya yang memakainyapun merasa bahwa apa yang mereka pakai itu sudah benar karena melihat para artis di TV mengenakan yang demikian itu jadilah pakaian trendy ini menyebar begitu cepat dan menjadi pakaian pilihan utama mereka.

Bahkan tentu terkadang kita melihat saudari kita yang memakai busana muslimah yang justru menambah fitnah karena nampak jelasnya lekuk tubuh mereka dengan penutup kepala yang melilit di leher (sehingga jenjang atau tidaknya bentuk leher terlihat sangat jelas) dan hanya sampai di bagian pundak saja tidak sampai ke dada disambung dengan pakaian ketat yang menggambarkan bentuk payudara mereka kemudian celana ketat yang menambah jelas lekukan tubuh mereka.

Ada juga yang memakai abaya (gamis/pakaian terusan) memilih ukuran yang ketat daripada ukuran besar dan lapang dengan alasan agar nampak cantik dan modis! Sebagian adapula yang memakai penutup kepala dengan menyanggul rambut-rambut mereka hingga ketika mereka berjalan dapat dilihat dengan jelas ikatan rambut tersebut, karena sangat kecilnya penutup kepala yang mereka pakai maka merekapun mengikat rambut tersebut agar tidak menyembul keluar. Bukankah apa yang mereka pakai itu semua justru yang semestinya mereka jauhi karena Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda :

“Pada akhir ummatku nanti akan ada wanita-wanita yang berpakaian namun (hakekatnya) telanjang. Di atas kepala mereka seperti terdapat bongkol (punuk) onta. Kutuklah mereka karena sebenarnya mereka itu adalah kaum wanita yang terkutuk.”
Di dalam hadits lain terdapat tambahan :
“Mereka tidak akan masuk surga dan juga tidak akan memperoleh baunya, padahal baunya surga itu dapat dicium dari perjalanan (jarak) sekian dan sekian.”
Kemudian lihatlah penjelasan dari Ibnu Abdil Barr rahimahullah ia berkata: “Yang dimaksud Nabi shalallahu alaihi wassalam adalah kaum wanita yang mengenakan pakaian yang tipis, yang dapat mensifati (menggambarkan) bentuk tubuhnya dan tidak dapat menutup atau menyembunyikannya. Mereka itu tetap berpakaian namanya, akan tetapi hakekatnya telanjang.”

Dari Ummu Alqamah bin Abu Alqamah bahwa ia berkata : “Saya pernah melihat Hafshah bin Abdurrahman bin Abu Bakar mengunjungi ‘Aisyah dengan mengenakan khimar(kerudung) tipis yang dapat menggambarkan pelipisnya, lalu ‘Aisyah pun tak berkenan melihatnya dan berkata : “Apakah kamu tidak tahu apa yang telah diturunkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surat An Nuur?!” Kemudian ‘Aisyah mengambilkan khimar untuk dipakaikan kepadanya.

Syaikh Albani menjelaskan perkataan Aisyah radiyallahu anha : Apakah kamu tidak tahu tentang apa yang diturunkan oleh Allah dalam surat An-Nuur? Mengisyaratkan bahwa wanita yang menutupi tubuhnya dengan pakaian yang tipis pada hakikatnya ia belum menutupi tubuhnya dan juga belum melaksanakan firman Allah Subahnahu wa ta’ala yang ditunjukkan oleh Aisyah radiyallahu anha yaitu “Dan hendaklah kaum wanita menutupkan khimar/kerudung pada bagian dada mereka”

Tidakkah kita melihat perbedaan yang sangat jauh antara generasi Shahabiyah dengan kita? Mereka benar-benar menjadikan jilbab sebagai penutup tubuh dan aurat sebagai bentuk ketaatan pada perintahNya sedangkan kita justru sebaliknya menjadikan jilbab sebagai pembuka fitnah kecuali wanita-wanita yang dirahmati Allah. Jilbab yang difahami shahabiyah sebagai pakaian yang lapang (lebar) yang menutupi tubuh dari atas kepala hingga ujung kaki sedangkan kaum muslimah sekarang menganggap jilbab adalah secarik kain yang digunakan untuk menutupi rambut mereka saja sedangkan bagian-bagian lainnya mereka tutupi dengan bahan yang ala kadarnya yang tidak bisa dikatakan menutupi aurat apalagi menutupi lekuk tubuh mereka. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan semoga kaum kita mau kembali kepada Rabb mereka dan berusaha untuk menunaikan apa yang diperintahkan Allah dan rasulNya secara sempurna dan menyeluruh. Sebagaimana firmanNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (Al-Baqarah :208). 

Wallahu’alam bish-shawwab.

--------------------------------------------------------------------
Artikel ini telah di cek oleh : Ustadz Muhammad Elvy Syam Lc.
Sumber Rujukan :
Jilbab Wanita Muslimah menurut Al-Qur’an dan Sunnah, Syaikh Nashiruddin Al-Albani,Pustaka Tibyan,Solo.
Ringkasan Shahih Muslim, Imam Al-mundziri, Pustaka Amani, Jakarta.
Mengenal Shahabiyah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, Mahmud al-Istanbuli, Pustaka Tibyan, Solo.

Jeritan ANAK GAZA untuk kita: :




Jeritan ANAK GAZA untuk kita: :

“Wahai saudaraku dimana kalian, apakah kalian tak peka dgn rintihan kami, luka kami, dan perjuangan kami melawan kerasnya zionis ini. Titik darah telah kami pertaruhkan hingga nyawa pun tergadaikan tapi DIMANA KALIAN, DIMANAAAAAA…???????? T_T
Kami membutuhkan kalian,,
Kami ingin bebas, kami ingin lepas dari semuanya..
Dentuman bom  terus bermunculan hingga suatu saat dapat menghunjam jantung kami..
Tubuh menjadi beku ketika melawan kebiadaban para laknatullah…
Hanya setetes luka yg kami torehkan tp itu pun sudah menjadi kering…
Tapi itu tak berarti apa2 buat kami karna yg kami butuhkan hanyalah senandung doa dari saudaraku seiman semuanya..
Semoga kami ditempatkan ditempat yg indah disisi ALLAH selalu bersamaNYA, disurga nanti..
Aamiin Allahumma Aamiin..
=======================

PALESTiNA….!!!
Disana……
Ada Masjidil Aqsha peninggalan sejarah budaya dan peradaban dunia,,
Apakah kita tdk merasakan…???
Satu titik pentingnya..

Apakah semuanya tlah membutakan mata, menutup telinga dan mematikan rasa sehingga akal pikir menjadi tumpul di kebekuan rasa mendengar jeritan mereka..
Hati bertanya…..???
Ketika rasa kemanusiaan sudah terinjak diatas sebuah kezaliman..
Yach sebuah kezaliman yang akan terus menerus merobek hingga kebilik dasar..

Selalu bibir ini menjadi kelu ketika saya membaca artikel tentang palestina, tentang mereka..!!!
Astagfirullah T,T

Minggu, 19 Agustus 2012

Eid Mubarak


Sahabat Blogger......

Taqabalallahu minna waminkum.
Wa ja'alanallahu minal aidzin wal faidzin.
Selamat mendapatkan kemenangan di Idul Fitri 1433 H
Mohon maaf lahir & bathin,

Eratkan Silaturrahmi dan Ukhuwah kita
Semoga Allah memberikan BarokahNYA di hari kemenangan ini. ^^


Kamis, 02 Agustus 2012

Yaa Robbi


coba menyapa
uji melanda
goda menantang
kaki pincangku, terjang ilalang




hatiku miris
tangisku menjerit
asaku senyap




dadaku pengap
sesak nafasku
megap tiada tanggap




peluk amuk rasa
lenyapkan diri asli
senyap dalam ketiadaan
hangus
sirna
dalam kotoran debu lumpurnya
kutangkap fajar memancar sinar
cahaya datang pagiku terang
gelap kamarku biaskan derang




Ya Allah
Engkaulah cinta sejati
kemana harus berlari
tiada tempat utk berpaling
tiada batas mendinding
harum wangi semerbak
luapkan cinta menyeruak




-Fatma Elly, 16 April 2010-

"Bahagia itu... Bukan hanya sekedar Teory"




Bismillah
Sobat menurutmu apa arti dan makna dari sebuah kebahgiaan..???
Mungkin banyak statement yang mengatakan bahagia itu adalah bla bla bla…, 
bahagia ini adalah bla bla bla….,,
Dan jika dikumpulkan pendapat dari 1, 2, 3 orang atau lebih dari itu kemungkinan pendapatnya bisa dan pasti berbeda2 



Mengapa bisa demikian????
Yaaa tentunya kebahagian itu sesuai dgn porsi yang ada didalam dirinya dan keinginan yang ada didadanya. 
Kalau kita katakan bahwa kebahagian itu adalah begini dan begitu, tapi kenyataannya pasti apa yg kita sampaikan itu bisa berbeda dgn org laen.. Mengapa bisa begitu, ya itu dia yg saya katakan tadi bahwa rasa kebahagiaan itu sendiri sebenarnya sangat simple dan relatif sejauh mana hati kita nyaman dan tentram dgn keadaan yang ada disekeliling kita.

Bahagia itu soal hati...
Maka carilah ilmu hati...
Hingga kau akan bahagia selalu dalam segala kondisi. 
Bila saat ini pemikiran yang ada dibenakmu mengatakan bahwa SABAR, TAWAKAL, KHUSNUDZON, IKHTIAR dan SYUKUR hanya bisa dikatakan dgn TEORY maka dgn ini hapuskan ucapan itu didalam pikiran kita dan rubah lha setiap sudut pemikiran itu.
Karna Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi umatNYA.

Mulai kini..
Upgrade Iman dan Hati kita supaya kita bisa menemukan kebahagian yang kita cari.

Tak perlu merisauhkan segala hal karna…
Akan ada hari dimana sepi dan sunyi ketika itu tdk saling mengenali,
karna mereka tlah bersama dgn bahagianya masing2..
Tau kah kau mengapa demikian???
Karna kini dirimu telah menemukannya...
Apakah itu............................?????????
ialah
Kedamaian Hatimu..

Salam Bahagia °\(^^)/°

Ayu Andini